Breaking

Rabu, 07 Maret 2018

Belenggu Ibu dalam Sistem Sekuler


Masyarakat Indonesia pada beberapa pekan terakhir dihebohkan menggunakan berbagai masalah yang menimpa kasus ibu & anak. Masih kentara dalam ingatan bagaimana seseorang bunda tega menjual anaknya seharga 20juta dan menghabiskan uangnya untuk berfoya-foya & membeli sabu-sabu. Tak kalah mengerikan ada seorang bunda yg tega membunuh ketiga anaknya menggunakan cara meracuninya menggunakan cairan pembasmi serangga (tribunnews.Com).

Masih poly masalah lain yg tak patut dilakukan seseorang bunda kepada butir hati mereka seperti penganiayaan (harianriau.Co), pembuangan bayi (suryamalang,tribunnews.Com), dan lain-lain. Lantas, dibalik maraknya kasus-kasus tadi, apakah yang sebagai motif utama atas semua tindakan tadi?

Meskipun setiap masalah yg menimpa ibu dan anak nir selamanya dilatarbelakangi motif yg sama, tetapi ada benang merah yang dapat kita garis bawahi. Semua kasus tadi memiliki sebab primer bahwa seorang bunda sedang tertekan atau bahkan depresi dalam menghadapi pertarungan hidupnya. Permasalahan hidup dapat berupa kurangnya ekonomi, urusan percintaan terlarang, kurang harmonisnya famili, dan lain-lain. Namun,yang paling marak dialami oleh seorang mak   merupakan pertarungan ekonomi.

Sebenarnya, bukan hanya para mak   yg merasakan beratnya beban ekonomi waktu ini. Hampir seluruh penduduk baik remaja, orang tua bahkan lansia harus berusaha keras berjuang demi sesual nasi. Sebab, hampir semua kebutuhan hayati harus ditanggung secara mandiri sang setiap keluarga. Bahkan adanya agunan kesehatan, pendidikan dan kebutuhan utama bagi warga  tidak bisa pula tak lantas membuat mereka tanggal menurut beban ekonomi.

Kembali kepada pertarungan famili, maraknya perkara yg menimpa perempuan  , mak   & anak sebenarnya adalah hal yg masuk akal dalam sistem sekuler waktu ini. Hal ini dapat dijumpai pula dalam seluruh negara yang mengemban sistem sekuler. Sebab, dalam sistem ini, norma atau aturan agama tidak boleh ikut andil dalam mengatur tatanan kehidupan.

Sehingga, masyarakat mengalami kerusakan moral yg menyebabkan maraknya perzinaan, pembunuhan, penganiayaan, dan lain-lain. Terlebih lagi beban ekonomi yang semakin melilit membuat seluruh elemen masyarakat berlomba-lomba dalam mengais rejeki termasuk kaum mak  .

Banyak mak   yang wajib  terjun pribadi pada mencari nafkah sebagai akibatnya menghilangkan fitrahnya pada membesarkan dan mendidik anak. Hal ini menyebabkan perseteruan baru yg tidak kalah rumit seperti kenakalan remaja & ketidakharmonisan keluarga. Terlebih lagi, dampak yang ditimbulkan dalam sistem sekuler merupakan tercabutnya rasa tanggungjawab ketua keluarga. Seorang suami & ayah yg menjadi penanggungjawab famili banyak yg kehilangan manfaatnya lantaran disebabkan permasalahan ekonomi.

Tetapi, dibalik seluruh pertarungan diatas, masih ada harapan yang dapat kita raih. Semua harapan itu akan mudah diraih bila kita menanggalkan sistem sekuler yg menjadi penyebab utama. Sebab, disadari atau tidak, kelemahan yg dimiliki manusia mengakibatkan ia wajib  merogoh peraturan hayati berdasarkan Sang Maha Pencipta.

Terlebih lagi bagi seorang Muslim, terikat kepada semua hukum syara' merupakan sebuah keharusan. Islam sebagai sebuah ideologi mempunyai seperangkat anggaran hidup yang mampu menuntaskan semua perseteruan hidup. Sebab Islam adalah kepercayaan  yang sesuai dengan fitrah manusia sehingga solusi yg ditawarkan sanggup memuaskan akal & menentramkan hati.

Islam memandang bahwa negara wajib  memenuhi kebutuhan dasar masyarakat negara dalam pakaian, pangan, papan, pendidikan, kesehatan & keamanan. Negara sebagai penyelenggara & pelaksana aturan Islam harus memfasilitasi masyarakat negara terutama kaum laki-laki  dalam mencari nafkah.

Negara jua wajib  menjaga kaum bunda agar tidak melepas fitrahnya dalam mengurus famili & membesarkan dan mendidik anak-anaknya. Sehingga, masalah yang menimpa ibu dan anak dapat diminimalisir. Semua itu akan terjadi apabila seluruh aturan hayati pada Islam diterapkan secara komperehensif dan total baik pada ekonomi, pendidikan, hukuman dan aturan lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar